Colors Of Love

Colors Of Love

Author                  : Kim Na Na

Title                       : Colors Of Love

Main Cast            : All Exo members

Length                  : Vignette

Genre                   : Fluff, romance

Rating                   : PG-13

Author Note        : Aku lagi mencoba gaya penulisan baru dan jadilah ff ini. Mianhae kalo alur nggak jelas dll. Meskipun jelek tapi tetep RCL ya. Oh ya kalo kalian mau salah satu dari cerita ini dijadikan one shot, beri tahu aku ya. Semoga aku bisa buatkan. Ok langsung baca saja. Happy reading

Setiap kisah cinta pasti memiliki warna

Apa warna kisah cintamu?

– Se Hun | Baby Rose –

                Aku melihat ke dalam perpustakaan dengan gelisah. Sebentar –sebentar aku menjulurkan kepala agar dapat melihatnya lebih jelas. Melihat yeoja yang mampu membuatku mengerti perasaan cinta yang sebenarnya.

Lalu aku melihat ke arah bunga baby rose berwarna pink yang kubawa. Pink baby rose berarti cinta pertama yang manis, sama seperti harapanku. Tapi apa dia mau menerimanya seperti dia mau menerima cintaku? Aku menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya untuk memantapkan hatiku. Ya aku tidak boleh mundur lagi.

Aku lalu masuk ke dalam perpustakaan dan berjalan lurus ke arahnya yang sedang duduk di sebelah jendela. Dia tersenyum saat melihatku mendekat. Aku langsung mengeluarkan bunga itu kehadapannya dan berkata “Saranghae. Ne yeojachiguga..” belum selasai aku mengungkapkan perasaanku angin berhembus keras dan membuat kelopak bungaku berhamburan.

Aku hanya bisa menatap lemas kelopak bunga yang terbang mengikuti angin. Aku pikir dia akan marah tapi dia hanya tertawa kecil lalu berdiri dan mendekat ke arahku. “Nado saranghae.” jawabnya sambil mengambil kelopak bunga yang jatuh di atas rambutku. Aku menatapnya tak percaya lalu memeluknya sambil tersenyum. Ternyata angin tadi berhembus untuk membawa kebahagianku.

– Kai |Peach –

            “Kita sepuluh tahun lagi akan seperti apa ya?” tanya yeojachinguku saat kami sedang menghabiskan waktu makan siang di bawah pohon peach. “Kamu ingin seperti apa?” tanyaku sambil mengambil kamera polaroidku.

“Aku ingin kita selalu bersama. Entah itu sepuluh tahun, dua puluh tahun, bahkan seratus tahun lagi pun aku ingin kita selalu bersama. Selalu bersama apa pun yang terjadi.” katanya sambil memakan buah peach yang jatuh.

“Kalau kamu?” tanyanya sambil tersenyum kepadaku. Aku lalu mengabadikannya dengan kameraku, membuatnya terkejut. “Masa depanku adalah kamu. Asal aku bersamamu aku yakin masa depanku akan bercahaya dan hangat seperti ini.” kataku sambil menunjukkan foto yang barusan aku ambil.

Di sana dia tersenyum dilatar belakangi dengan cahaya matahari yang menerobos dedaunan pohon peach, membuat buah-buah peach disana tampak hangat. Ya asalkan bersamamu seperti ini, kita pasti akan selalu bahagia, batinku sambil tersenyum.

– Kris | Dawn –

                 Aku menghela napas berat sambil memandang sungai Han. Aku hanya bisa menatap kosong sambil mengingat kejadian tadi siang saat aku kembali ditolak oleh yeoja itu untuk kesekian kalinya. Kenapa dia selalu saja ada alasan untuk menolakku? Dulu, katanya dia belum siap menjalani suatu hubungan, sekarang katanya dia harus berkonsentrasi pada pekerjaanya.

Aku lalu kembali memandang sungai Han yang berubah warna menjadi jingga keemasan karena tertimpa cahaya matahari senja. Tanpa sadar sebuah senyuman merekah dari bibirku.

Mungkin kisahku seperti sungai, berliku, tidak jarang berubah menjadi keras alirannya. Tapi ada satu hal yang pasti. Laut pasti akan menerima aliran sungai ini. Sama seperti cintaku yang suatu saat nanti pasti akan diterimanya..

Aku segera mengeluarkan handphoneku lalu mengetik sebuah kalimat ‘saranghae, yeongweonhi.’

– Lu Han | Sun Flower –

                Aku berdiri di tengah lapangan sambil memandang langit biru yang luas. Mengapa matahari begitu tinggi di langit?

“Lu Hannie, hwaitting!” seru seorang yeoja dari ujung lapangan. Aku tersenyum lalu mengangkat ibu jariku ke arahnya. Aku kemudian mulai berlari lalu melompat setinggi mungkin seakan berusaha menyentuh langit.

“Eotte?” tanyaku sambil berlari ke arahnya. “Daebak. Benar-benar seperti matahari di langit.” katanya sambil tertawa lebar.

Sekarang aku tahu, matahari begitu tinggi di langit karena ingin agar bunga matahari selalu melihatnya. Aku akan selamanya menjadi matahari bagimu. Matahari yang berada tinggi di langit biru agar kamu selalu melihatku.

– Su Ho | Tree –

                Aku berjalan memasuki sebuah rumah kaca yang luas. Di sini aku selalu mampu menemukan kehangatan dan ketenangan. Berbagai macam bunga tumbuh di sini seakan tidak terikat dengan musim yang berjalan.

Tapi diantara itu semua aku paling menyukai sebuah pohon yang berdiri kokoh di tengah rumah kaca. Daunnya yang berwarna hijau muda seakan membentuk atap. Membuat siapa pun yang ada di bawahnya merasa nyaman.

Aku berjalan diam menghampiri seorang yeoja yang duduk di bawah pohon. “Oppa?” tanyanya bingung karena aku mentup matanya tiba-tiba aku tutup dari belakang.

“Ani. Aku adalah pohonmu yang akan selalu memberimu segalanya. Aku akan memberimu kehangatan sekaligus ketenangan. Dan aku tidak akan pernah pergi dari sisimu.” kataku sambil membuka matanya perlahan. Aku akan selalu mejadi pohonmu

– Chan Yeol | Tears –

                Aku menatap kearahmu dengan perasaan yang hancur. Mengapa kamu bisa tertawa saat bersama laki-laki lain.  Padahal kamu adalah milikku, kenpa kamu memberikan senyumanmu untuk laki-laki itu. Apa kamu tidak lagi mencintaiku?

Tapi aku hanya bisa memendam ini. Aku yakin saat kamu datang lagi kepadaku sambil tersenyum tanpa rasa bersalah sedikit pun, aku pasti akan langsung memaafkanmu.

Mungkin orang-orang menganggapku bodoh karena aku mau dipermainkan oleh seorang yeoja sepertimu. Aku sendiri pun juga tidak tahu kenapa aku masih saja mau kamu khianati berkali-kali.

Tapi apa pun yang terjadi aku akan selalu setia di sampingmu meskipun itu berarti aku hanya bisa menangis sendiri seperti sekarang ini.

– Lay | Lavender –

                Aku berdiri diam sambil menggengam erat seikat bunga lavender. “Aku membawakan bunga kesukaanmu. Aku tahu kamu sangat suka dengan lavender. Hari ini aku ingin mengungkapkan perasaan yang kupendam selama ini. Saranghae. Apa kamu juga menyukaiku?” tanyaku

Tidak ada jawaban darimu. Tentu saja, karena sekarang kamu sudah beristirahat dengan tenang untuk selamanya.

Aku tertawa pahit lalu tanpa sadar mulai menitikkan air mata. Mengapa aku tidak mengatakannya sejak dulu? Kenapa aku baru menyadari perasaanku setelah kamu pergi.

Tapi penyesalan selalu datang terlambat. Dan aku tidak akan pernah bisa memperbaiki kebodohanku ini. Mianhae karena aku hanya bisa membuatmu kecewa.

– Baek Hyun | White Paper –

                “Jadi kamu mau kita berpisah?” tanyaku datar sambil mengetuk-ngetukan ballpoint di atas kertas putih yang kosong. Aku ingat saat kamu menyatakan cinta kepadaku, aku juga sedang seperti ini. Ternyata cerita kita memang tidak pernah tertulis, masih tetap seperti kertas kosong ini.

“Aku tidak tahan lagi. Kamu selalu saja sibuk dengan pekerjaanmu, aku selalu berusaha sabar, tapi sekarang aku tidak bisa menahannya lagi. Aku tidak tahu perbedaan antara bersamamu dengan sendiri saja. Selama ini meskipun kita bersama aku merasa ada jarak yang jauh diantara kita.” katamu sambil menangis.

“Aku seperti ini. Jika kamu tidak mau menerima diriku apa adanya, lebih baik kita berpisah.” kataku datar. Dia terkejut lalu pergi meninggalkanku. Aku hanya diam sambil melihat ke arah kertas kosong itu.Tidak, ini ada yang salah. Kertas ini tidak boleh kubiarkan kosong begitu saja.

Aku segera berlari mengejarnya dan memeluknya dari belakang. “Mianhae, aku akui aku selama ini salah. Selama ini aku hanya terkurung dalam kekosongan hingga tidak menyadari keberadaanmu. Tapi maukah mulai sekarang kamu membantuku untuk menuliskan kisah kita sehingga tidak lagi kosong dan menjadi kenangan bahagia?” kataku sambil tetap memeluknya erat. Dia berbalik lalu membalas pelukanku. Aku tersenyum. Gomawo telah mau memaafkan kebodohanku ini, batinku.

– Chen | Clouds –

                “Kamu jangan bicara dengannya lagi.” kataku sambil menarik tangan seorang yeoja. “Wae?” tanyanya. “Pokoknya aku bilang tidak boleh ya tidak boleh.” bentakku sambil tetap menarik tangannya. Tiba-tiba dia melepas paksa genggaman tanganku. “Kamu bukan siapa-siapaku buat apa kamu mengaturku.” bentaknya sambil berlari pergi meninggalkanku.

Aku menatap sosoknya yang semakin menjauh. Kenapa aku menjadi kacau hanya karena dia bersama namja lain? Aku merasakan sebuah tetesan air jatuh di kakiku. Aku lalu menatap ke langit dan benar saja aku melihat langit berwarna kelabu, sama seperti perasaanku sekarang

Aku membiarkan begitu saja hujan membasahi tubuhku. Sebenarnya apa aku menyukainya? Aku tidak tahu apakah perasaan ini disebut cinta. Aku tidak tahu tapi yang pasti aku hanya ingin dia selalu bersamaku.

Aku pun berlari mengejarnya. Untung aku melihatnya berdiri di halte bus. Aku langsung berlari mendekatinya. “Aku memang bukan siapa-siapa bagimu, tapi aku hanyalah orang yang ingin agar kamu selalu disampingku dan untukku saja.” kataku sambil terengah-engah. Sekarang aku yakin bahwa aku mencintainya. Awan kelabu perlahan menghilang seiring dengan menghilangannya keraguanku. “Saranghae..”

– Tao | Black Cat –

                “Ayo serahkan saja uangmu dan kami akan melepaskanmu.” kata segerombolan namja jelek pada seorang yeoja. Hah, masih saja ada yang seperti ini, batinku malas. “Minggir, kalian menggangu jalanku saja.” kataku kepada gerombolan sambil tetap makan es krimku. Tapi mereka tidak mau minggir malah menjatuhkan es krimku. “Berani sekali kalian menjatuhkan es krimku hah!” seruku sambil melayangkan tinju ke arah salah satu dari mereka.

Mereka pun segera kabur setelah aku berhasil menghajar mereka semua. Tapi aku masih menatap sedih es krimku yang jatuh. “Gomawo atas bantuanmu.” kata yeoja tadi. “Aku hanya kebetulan lewat saja.” kataku sambil berdiri.

“Kucing hitam.” kata yeoja tadi sambil tertawa pelan. “Hah?” tanyaku bingung. “Kamu mirip kucing hitam yang ada di kompleksku. Marah jika diganggu, dan pergi begitu saja setelah mengalahkan orang-orang, ah bukan, kucing-kucing yang mengganggunya. Karena itu dia selalu sendiri.” katanya sambil mengeluarkan sapu tangan untukku.

Aku menerima sapu tangannya sambil tersenyum. Mungkin sekarang kucing hitam ini telah menemukan tuannya, batinku.

– D.O | Chocolate –

“Hari ini kamu pesan apa?” tanyaku pada seorang yeoja yang suka sekali menghabiskan waktu di caféku. “Seperti biasa coklat buatanmu.” katanya. “Baiklah akan kusiapkan untukmu.” kataku sambil tersenyum.

Hari ini aku akan membuat sebuah kejutan untuknya. Aku membentuk coklat-coklat itu menjadi bentuk hati. Lalu diatasnya aku tulis setiap suku kata ‘saranghae’ diatasnya. Aku tersenyum seraya memasukkan coklat-coklat itu ke dalam sebuah kotak.

“Igeot.” kataku sambil meletakan coklat itu di atas mejanya. Dia membukanya dan terkejut. “Aku tahu kamu telah memiliki namjachingu, tapi aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku saja. Aku tidak ingin memendam perasaan ini.”

Dia memandangku lalu memakan coklat itu. “Gomawo coklatnya. Aku akan menikmatinya. Tapi mianhae, aku tidak bisa membalas perasaanmu.” katanya sambil menundukkan kepala. “Gwenchana. Tapi aku masih bolehkan menjadi temanmu?”  tanyaku. “Geureomyeon.” katanya sambil tersenyum. Cintaku benar-benar seperti coklat. Terasa manis sekaligus pahit. Tapi aku tidak akan pernah menyesal memiliki sebuah kisah yang seperti coklat.

– Xiu Min | Promise –

“Oppa, bukannya oppa hari ini tidak masuk karena besok akan berangkat ke Amerika?” tanya seorang yeoja yang aku gandeng tangannya. “Aku ingin memberimu kejutan. Darawa.” kataku sambil membuka pintu sebuah kapel dekat kampus kami.

“Di sini memang tidak ada pendeta yang menyaksikan kita, tapi aku bersumpah di hadapan Tuhan bahwa aku akan selalu mencintaimu, apa pun keadaan kita baik saat senang maupun sedih, saat kita sendiri atupun bersama, saat kaya maupun miskin, aku akan selalu mencintaimu. Bahkan kematian pun tidak dapat dapat memisahkan kita. Apa kamu mau percaya dengan janjiku ini?” kataku sambil  menatap matanya.

Dia mengangguk sambil menitikkan air mata. “Aku juga akan berjanji sama sepertimu. Meskipun kita akan berpisah sementara ini, tapi aku yakin kita pasti akan bahagia bersama lagi.” katanya tersenyum kepadaku.

Aku membalas senyumannya lalu memasangkan sebuah cincin emas di jari manisnya. “Ini sebagai bukti janji kita. Perasaan kita tidak akan berubah meskipun kita berpisah.” kataku sambil memeluknya. Aku berjanji akan selalu mencintaimu, batinku.

Cinta memiliki berbagai macam warna

terkadang manis seperti warna pink

tapi terkadang juga berwarna ungu penuh kesedihan

Asalkan kita mau mempercyai cinta itu

kita pasti akan menemukan warna cinta kita

 

2 thoughts on “Colors Of Love

  1. Ka, inget saya? Tiramisu ituloh ka. hehe.

    kaka kasi recommed FF ini, trus saya klik blog kaka, dan alhasil, berwarna warni. beranekaragam. tidak seperti punya saya ._.

    Oke, kembali ke FF. Bagus banget ka ><
    tapi disini fna ngerasa tragis sama punya Lay. sedih bayanginnya.

    kata-katanya, kalo fna ngomong, masi banyak yang kaku ya *punya fna juga kaku ka*

    Yaudah ka, gabisa comment lagi ka. uda BA en de GUS, dijadiin BAGUS. Ditunggu karya selanjutnyaa ^^)/

  2. Aku inget ^^ Thx udah baca n comment.
    Aku juga bingung dulu aku nggak kakuku kayak gini tapi setelah ada yang ngomong kurang bagus aku ganti deh Tapi malah terkesan kaku ya? Lain kali aku usahain lebih bagus deh.

Leave a reply to himawarihime Cancel reply